Wow & Unik

Budaya Zina Menyebabkan Muda-mudi Enggan Menikah

Benarkah Budaya Zina Menyebabkan Muda-mudi Enggan Menikah?

Ketika seks bebas (perzinaan) sudah menjadi hal biasa dalam masyarakat, maka bagi  pemuda-pemudi akan menjadi enggan menikah. Mereka ogah menikah kecuali jika sudah merasa tua. Dalam benaknya akan muncul pikiran, alangkah bodohnya jika harus menikah kemidian harus memikul tanggung jawab rumah tangga.

Begitu juga yang perempuan, buat apa menikah, jika kebutuhan hidupnya bisa dipenuhinya sendiri dengan bekerja atau berkarir tanpa bergantung kepada seorang suami? Atau begini, untuk apa menikah ketika kebutuhan seks yang didambakan begitu mudah terpenuhi? Tentu dengan cara zina, free seks yang bisa ganta-ganti pasangan seks tanpa nikah.

Fenomena demikian ini sudah benar-benar tejadi di negara-negara Barat. Di sana, seperti dalam berita-berita, mereka begitu bebasnya dalam pergaulan, sehingga terjerumus dalam perbuatan zina.

Cara bergaul yang seperti itu sungguh bisa melemahkan minat untuk menikah. Jika tanpa menikah saja kebutuhan seks bisa diddapatkan, alangkah bodohnya jika harus menikah? Karena sudah budaya mereka, tentu tanpa rasa malu, tanpa merasa beredosa, bahkan mereka bangga dengan cara hidup yang bebas seperti itu. Maka hubungan seksual tanpa ikatan resmi menjadi lumrah.

Para wanita pelacur tergusur dari jalanan karena sudah kesulitan mendapatkan pelanggan. Hal ini karena calon pelanggan sudah dapat pasangan seks yang tak lain adalah teman-teman mereka sendiri.

Kalau pelacur jalanan tergusur, sepintas memberi kesan positif yang menggembirakan, tapi sesungguhnya tidaklah demikian. Pelacaur memang tergusur,  tetapi praktek perzinaan semakin merajalela.

Dengan kemampuan financial, para muda-mudi bisa dengan mudah menyewa hotel, villa, dan penginapan-penginapan mewah. Bersama teman-teman mereka sendiri,  pelampiasan nafsu seks sacara zina bisa tersalurkan dengan begitu mulus tanpa hambatan apapun.

Nah, bagaimana dengan di Indonesia? Menurut KH. Abdur Rasid Abdullah Syafi’i mengatakan dengan mengutip dari Repubkika pada tahun 2007 , bahwa 80%  anak-anak usia belasan tahun sudah melakukan hubungan seks tanpa nikah dirumah-rumah mereka sendiri.

Dengan demikian rupanya ternyata budaya seks bebas sudah menjalar pula di kalangan ramaja-remaja Indonesia. Bahkan sudah bukan rahasia lagi, bahwa seks bebas juga marak di kalangan mahasiswa sejak awal tahun 90-an.

Memang demikianlah realitanya. dan rasanya sulit dipungkiri kalau dikatakan: perzinaan juga akan bisa mengancam minat untuk menikah di kalangan muda-mudi di Indonesia.

Bandingkan dengan di eropa, konon kalangan yang berminat dan siap menjalani pernikahan turun drastic mencapai perbandingan 1 per 1000, karena di sana tak seorang pun baik laki-laki ataupun perempuan dari setiap 100 orang yang siap untuk menikah.

Data statistic di Inggris, Perancis, Italia, Belgia dan Norwegia menyatakan bahwa jumlah mereka yang siap menikah, baik pria ataupun wanita kurang dari 10 orang per 1000 orang.

Bahkan di Swedia jumlahnya kurang dari 8 orang per 1000 orang, berdasarkan statistic tahun 1970. Jumlah ini terus melorot tajam pada tahun 1973, yaitu berkurang menjadi 5 orang dari setiap 1000 orang di Swedia yang siap menikah.

Yah, mau dibilang apa ketika mereka lebih  enjoy tidak menikah? Karena alasan untuk menikah sungguh tidak menarik, bahkan bikin repot bagi mereka yaitu tanggung jawabnya yang cukup berat. Buat apa menikah kalau kebutuhan seksnya bisa dipenuhi dengan cara begitu gampangnya?

Begitulah salah satu dampak budaya seks bebas, telah mnedorong muda-mudi hampir di seluruh dunia enggan menikah, mungkin juga akan melanda budaya Indonesia jika budaya global ini tidak segera dibendung sejak dini.

Tinggalkan Balasan

Back to top button