Budaya Zina Menyebabkan Turunnya Tingkat Kelahiran

Benarkah Budaya Zina Menyebabkan Turunnya Tingkat Kelahiran?
Ketika Zina sudah berkembang jadi budaya masyarakat, maka kelahiran seorang bayi bukanlah sesuatu yang penting. Padahal kwantitas warga bangsa punya peranan penting dalam membangun dan mengembangkan potensi kebangsaan, baik yang menyangkut kemakmuran ataupun kewibawaan bangsa kepada bangsa lain.
Bangsa mana yang tidak akan bangga memiliki jumlah penduduk besar, dengan kehidupan yang makmur, dan berakhlak baik. Tentu bangsa lain akan segan dan tidak berani melecehkan.
Di sinilah budaya zina bisa menjadi sebab turunnya tingkat kelahiran anak secara drastic, di samping juga bisa merusak sendi-sendi moral dan akhlak suatu bangsa, yang berarti pula akan bisa mengancam eksistensi suatu bangsa. Bisa dibayangkan bagimana lemahnya suatu bangsa jika warga masyarakatnya berakhlak bejat.
Di depan sudah dijelaskan, bahwa akibat zina itu dapat menularkan penyakit kelamin, juga AIDS/HIV. Penyakit-penyakit ini bisa menyebabkan kematian, dan jika dialami oleh pria atau wanita produktif, maka jelas secara otomatis akan mengurangi jumlah kelahliran.
Artinya mereka sudah mati duluan sebelum sempat melahirkan. Menurut berita yang beredar, di Amerika setiap tahunnya sekitar 30.000 sampai 40.000 anak manusia mati akibat penyakit Syphilllis. Jumlah yang hampir sama juga terjadi di Perancis dalam setiap tahunnya, yaitu 30.000 jiwa meninggal akibat syphilis.
Pada masa-masa yang akan datang, anda tentu akan melihat dan mendengar orang-orang mati setiap saat kerena digerogoti AIDS/HIV. Jelaslah ini menyebabkan berkurangnya jumlah orang-orang yang siap melahirkan keturunannya.
Dengan semakin menurunnya jumlah orang yang bersedia menikah, hal ini juga tentu karena tidak ingin melahirkan anak. Demikian halnya dengan semakin kuatnya penyebaran perilaku seks bebas, semakin kuat pula munculnya ide-ide untuk mengupayakan agar anak tidak lahir. Dalam pandangan mereka, anak adalah penghalang kebebasan.
Dari cara pandang ini maka muncullah ide untuk menciptakan alat-alat kontrasepsi, obat-abat pencegah kehamilan, dan teknik-teknik aborsi. Bahkan usaha-usaha aborsi ini semakin gila-gilaan saja, dimana-mana di seluruh dunia kini sedang diperjuangkan legalitasnya.
Yang lebih sadis itu di Indonesia, ketika bayi hasil hubungan zinanya sudah terlanjur lahir, maka dibuanglah di lubang WC, di saluran got, atau dilempar ke tempat sampah. Berbagai macam cara dan usaha itu sudah jelas menyebabkan semakin menurunnya jumlah kelahiran.
Disebutkan dalam buku ‘Population Decline in Europe’ bahwa di negara-negara Eropa sangat konsen terhadap kenaikan jumlah kelahiran. Meereka menggunakan berbagai cara untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Yaitu dengan cara memberikan tunjangan kepada para ibu yang mau melahirkan, menanggung biaya hidup anak, dan tunjangan-tunjangan materi lainnya. Hal ini juga dilakukan oleh negara tetangga terdekat kita, yaitu negara Singapure. Mereka yang mau memiliki anak banyak akan dibiayai negara.
Kenapa negara-negara barat berkeinginan kuat untuk menaikkan jumlah kelahiran dengan mensupport dana kepada para ibu-ibu yang mau melahirkan? Justru inilah yang harus segera menyadarkan kita semua, sebab yang demikian itu merupakan bukti bahwa penurunan angka kelahiran adalah keadaan yang genting dan berbahaya bagi eksistensi suastu bangsa.
Hal ini juga merupakan bukti kuat bahwa budaya free seks berperan sangat signifikan dalam menurunkan jumlah kelahiran, di samping juga telah terbukti memicu penularan penyakit kelamin yang mematikakan.
Sebuah generasi suatu bangsa akan terputus dengan sendirinya jika jumlah kelahiran tidak dapat ditingkatkan. Berarti dengan sendirinya menyetop proses perkembangbiakan keturunan ummat manusia.
Solusinya adalah mereka harus menekan pertumbuhan budaya zina (free seks) di kalangan mereka sendiri, dengan cara mendorong warganya agar mau menikah dan membangun keluarga.